Yatim: Semaunya, Semuanya Keturutan
12 anak kumpul pas kirim do'a hari ke-40 wafat Bapak. Al-Fatihah! |
Ada ratusan jenis mainan di rumah yang numpuk tak terpakai. Hingga
kini saya belum tahu mengapa karakter bocah itu berubah drastis sejak Yatim.
Pernah suatu kali ia merengek nangis ke saya minta dibelikan helm kecil seperti
temannya yang lain. Ibu tak ada uang, saya juga kebetulan ada uang, namun
rencana saya gunakan untuk suatu keperluan, sehingga terpaksa saya mengiyakan
namun dengan menunda waktu menuruti agar dia lega dan berhenti menangis.
Apa yang terjadi?
Iya, Aziz berhenti menangis, namun ia berganti menagih saya
terus-menerus. Siang-malam, hingga hari berikutnya ia selalu bilang: ndi kak
helm-e?/ mana kak helm-nya? Tak betah ditagih seperti pengutang bank, saya
langsung keluar cari permintaan adik saya yang paling keras kepala itu.
Tiga pasar saya keliling. Ketemu baru malam harinya di sebuah toko
terletak dekat Pasar Jepara Kota. Saya kira harganya ratusan ribu, ternyata
hanya Rp. 40 ribu.
Pulang bawa helm. Sungguh senang hatinya. Saya juga tentu. Stop dech
ditagih colektor paling mungil, Aziz. Apa yang kemudian terjadi, tak saya duga
sebelumnya. Beberapa saat kemudian, dia mengundang beberapa teman bermainnya.
Pamer. Dia pake helm untuk perang-perangan dengan teman-temannya.
Yang paling repot, dia ujug-ujug punya kebiasaan baru, yakni suka
jalan-jalan diantar pake motor. Katanya, punya helm kalau tidak buat jalan-jalan
eman-eman. Hahaha…
Kemanapun, ia pakai helm itu. Kalau dipake oleh kakak-kakaknya,
langsung dimarahi. Ke sekolah PAUD, ia pakai. Ke kuburan Bapak, ia kenakan.
Hingga makan pun, kadang juga kepalanya ber-helm. Jan tenan adik yang satu ini.
0 komentar:
Posting Komentar