Bapak dalam Mimpi Mengajar Shalat
Cium Latief setelah Shalat |
Ibu kemudian bercerita juga kalau malam saat Salam menerima kehadiran
Bapak dalam mimpi, Ibu juga bertemu Bapak, dalam mimpi juga. Cuma bukan diajar
ngaji, namun dimarahi Bapak.
“Kuwe iki piye tah, anakmu podo ora shalat kok mbok jarke/ Kamu ini
gimana sih, anakmu pada nggak shalat kok dibiarkan,” kata Bapak ke Ibu.
Kata adik sepupu di samping rumah, yang masih seusia Salam, Nailul
namanya, juga bercerita melihat Bapak pulang dalam mimpi, malam itu juga.
“Pak Dhe wangsul kok dhe ndek dalu. Kulo dipethuki/ Paman pulang kok
Bi tadi malam. Aku ditemui,” kata Nailul.
Teryata walau sudah meninggal, Bapak masih memantau pendidikan dan
perkembangan anak-anaknya yang masih Yatim. Betul sekali memang, waktu itu Ibu
sedang down ngurus putra-putranya. Dulu, Bapak sering marah besar kalau anaknya
ketahuan bolong shalat. Shalat itu bukan saja perlu, namun wajib dan harus
dilaksanakan sejak usia dini.
Bapak selalu membangunkan anak-anaknya di kala Shubuh. Tak terkecuali.
Sejak usia 6 tahun, Bapak tak pernah menolelir anaknya yang meninggalkan
shalat. Sejak tiada, jelas Ibu yang memiliki tanggungjawab itu. Guru di sekolah
tak punya peran memperingatkan apa-apa di sini.
Di kala Ibu sedang pusing memikirkan hutang-hutang tinggalan Bapak
yang mencapai puluhan juta, Ibu alpa meneruskan kewajiban Bapak membangunkan
anak-anaknya shalat Shubuh. Bapak di alam sana kerasa. Lalu pulang ke rumah
sebentar mengingatkan, dan ngajari Salam ngaji juga.
Saya percaya, orang yang meninggal itu hanya pindah tempat dan hijrah
alam saja. Ruhnya tetap hidup. Terutama bagi mereka yang beramal shaleh dan
memiliki anak yatim. Bapak adalah teladan kami. Bapak adalah tuntunan kami, di
luar kekurangan yang dimiliki.
Al-fatihah….(saya
menulis ini berakhir dengan mengusap air mata, di lantai atas Mushalla
tinggalan Bapak, Selasa, 4 Juni 2013, pukul 13.41 WIB)
0 komentar:
Posting Komentar